Menurut Prof. Dr. Harun Nasution , Filsafat berasal dari bahasa Yunani yang tersusun dari dua kata philien dalam arti cinta dan sophos dalam arti hikamat (wisdom) orang Arab memindahkan kata Yunani philoophia kedalam bahasa mereka dengan menyesuaikannya dengan tabiat susunan kata-kata Arab, yaitu Falsafa dengan pola fa’ala, fa’lalah dan fi’lal. Dengan demikian kata benda dari kata kerja fasafa seharusnya menjadi falsafah atau filsaf. Selanjutnya kata filsafat yang banyak terpakai dalam bahasa Indonesia, menurut Prif. Dr. Harun Nasution bukan bersal dari bahasa Arab falsafah dan bukan pula dari bahasa Barat Philosophy.
Dari pengertian secara etimologi,ia memberikan definisi filsafat sebagai berikut:
● Pengetahuan tentang hikmah,
● Pengetahuan tentang prinsip atau dasar-dasar,
● Mencari kebenaran,
● Membahas dasar-dasar dari apa yang dibahas.
Ia berpendapat bahwa intisari filsafat ialah “berfikir menurut tata tertib (logika) dengan bebas tidak terikat pada tradisi, dogma serta agama) dan dengan sedalam-dalamnya sehingga sampai kedasar-dasar persoalannya”). Adanya pengertian atau definisi yang bermacam-macam itu terungkap juga oleh Drs. Sidi Gazalba, bahwa para filosof mempunyai definisi tentang filsafat sendiri-sendiri . Beberapa contoh definisi filsafat menurut beberapa para ahli, antara lain :
● Plato, Mengatakan bahwa filsafat tidaklah lain dari pada pengetahuan dari segala yang ada.
● Aristoteles, berpendapat bahwa kewajiban filsafat ialah menyelidiki sebab dan asas segala benda. Dengan kata lain filsafat bersifat ilmu yang umum sekali.
● Alk Kindi, sebagi pemikir pertama dalam filsafat Islam yang memberikan pengertian filsafat dikalangan umat Islam membagi filsafat itu dalam tiga lapangan :
a. Ilmu fisika (al ilmu al thobiiyyat), merupakan tingkatan terendah.
b. Ilmu matematika (al ilmu al riyadi), tingkatan tengah.
c. Ilmu ketuhanan (al ilmu rububiyyat), tingkatan tertinggi.
● Ibnu Sina, juga membagi filsafat dalam dua bagian, yaitu teori dan praktek, yang keduanya berhubungan dengan agama, dimana dasarnya terdapat dalam syari’at Tuhan, yang penjelasan dan kelengkapannya diperoleh dengan tenaga akal manusia.
Filsafat Islam berfikir secara sistematis,radikal dan universal tentang hakekat sesuatu berdasarkan ajaran Islam. Singkatnya filsafat Islam itu filsaafat yang berorientasi kepada Al Qur’an, mencari jawaban mengenai masalah-masalah asasi berdasarkan wahyu Allah. Suatu agama akan memegang proporsisi tertentu sebagai kebenaran berdasarkan factor-faktor yang sangat spesifik bagi agam tersebut yang tidak bisa digeneralisasi. Dasar-dasar pembuktian kebenaran agama dan filsafat sangat berbeda. Oleh karenanya, gagasan filsafat Islam tampak seperti oxymoron.
Filsafat islam adalah filsafat yang member gema agama (islam) kedalam filsafat, khususnya filsafat yunani. Bagi sayyed hossein nasr filsafat islam justru filsafat yang bersumber dari sumber dasar islam, al-quran dan hadits. Dalam praktiknya, filsafat islam menjabarkan prinsip-prinsip dan menimba inspirasi dari kedua sumber tersebut sehingga menghasilkan corak filsafat yang secara prinsip berbeda, walaupun dalam tataran permukaan banyak persamaan dengan filsafat yunani sebagai akibat dari proses inklusivitas dan adaptasi kreatif. Karena bertumpu pada kedua sumber yang berupa wahyu itulah, H.Corbin menyebut filsafat islam sebagai La Philosophie prophetique (filsafat kenabian). Dengan demikian filsafat islam tidak bisa disederhanakan dengan sekedar filsafat yang lahir dan dikelola dalam dunia islam.
Mencari kearifan adalah makna dasar istilah filsafat (philo: cinta, dan Sophia: kearifan), yang sejatinya ada sejak zaman purba, setidaknya al-farabi dalam tahshil al-sa’adab mencatat orang-orang kaldan (kawasan misopotamia) adalah pemilik purba tradisi filsafat yang diwarisi oleh orang-orang mesir lalu turun ke yunani.
Yang penting dicatat, dalam pandangan para filosof muslim, filsafat tetap sebagaimana makna dasarnya, cinta kearifan. Ia bertujuan mencari hakekat segala yang ada (wujud), tanpa harus membatasi pada usaha rasional, tapi lebih menekankan pada penggunaan segala sumber pengetahuan secara integrative, mulai dari potensi rasional, intuisi dan wahyu. Tapi secara konseptual, filsafat sebagai penjelasan tentang wujud, mengharuskan pembagian yang lebih banyak lagi karena munculnya pandangan-pandangan yang membentuk aliran tertentu.
Pengertian pendidikan yang diuraikan Soegarda Poerbakawatja dalam “Ensiklopedi Pendidikan” yaitu sebagai “semua perbuatan dan usaha dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannya serta ketrampilannya (orang menamakan hal ini juga “mengalihkan “ kebudayaan) kepada generasi muda, sebagai usaha menyiapkannya agar dapat memenuhi fungsi hidupnya baik jasmaniah maupun rohaniah”. Dapat pula dikatakan pendidikan itu adalah usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk dengan pengaruhnya meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan mampu memikul tanggung jawab moril dari segala perbuatannya.
Kata pendidikan, dalam bahasa inggris “education” dalam bahasa arab disebut “tarbiyah” yang berasal dari kata dasar “rabba - yurobbi” yang berarti tumbuh dan berkembang. Naquib al-Attas berpendapat bahwa kata yang tepat untuk mewakili kata pendidikan adalah kata ta’dib. Sementara isltilah tarbiyah dinilainya terlalu luas, yakni mencakup pendidikan untuk hewan, tumbuh-tumbuhan dan sebagainya.
Sedangkan ta’dib sasaran pendidikannya adalah manusia. Berbeda dengan Abdul Fattah Jalal berpendapat bahwa istilah yang lebih komprehensif untuk istilah pendidikan adalah isltilah ta’lim. Jalal beralasan bahwa kata ta’lim behubungan dengan pemberian bekal pengetahuan. Pengetahuan ini dalam islam mempunyai kedudukan yang tinggi, sebagaimana di jelaskan melalui kisah Nabi Adam yang diberi pengajaran (ta’lim) oleh Tuhan. Dengan sebab ini, para malaikat bersujud (menghormati) Nabi Adam (lihat Q.S. al-baqarah).
Sedangkan pandangan para ahli, salah satunya Ahmad D. Marimba, mengatakan bahwa ada lima unsur utama dalam pendidikan, yaitu:
(1) usaha (kegiatan)yang bersifat bimbingan, pimpinan atau pertolongan yang dilakukan secara sadar,
(2) ada pendidik, pimpinan atau penolong,
(3) ada yang dididik,
(4)adanya dasar dan tujuan dalam bimbingan,
(5) dalam usaha itu ada alat-alat yang digunakan.
Pemikiran dan kajian tentang pendidikan dilakukan oleh para ahli dalam berbagai sudut tinjauan dan disiplin ilmu, seperti agama, filsafat, sosiologi, ekonomi, politik, sejarah dan antropologi. Sudut tinjauan ini menyebabkan lahirnya cabang ilmu pengetahuan kependidikan yang berpangkal dari sudut tinjauannya, yaitu pendidikan agama, filsafat pendidikan, sosiologi pendidikan, sejarah pendidikan, ekonomi pendidikandan sebagainya.
0 Response to "Pengertian Filsafat Islam dan Pendidikan "
Post a Comment